Semua manusia yang meminjamkan kaki di atas planet bumi ini tentunya memiliki kisah hidup yang berbeda-beda. Aku adalah salah satu diantara mereka yang dimaksud.
Diantara aku dan mereka terselip pula berbagai kisah yang hanya bisa diuraikan oleh penikmat kisah itu. Aku dan mereka tidaklah sama dalam berkisah ataupun berikhtiar. Diam seribu kata, dalam hening sepi berbalut perihku berjalan menyusuri lorong yang hampa tak bertuan. Kisah ini bermula dengan awal yang manis tak semanis tebu.
Aku tersentak oleh diamku yang seakan menimbulkan sejuta tanya di hati: Darimana kah datang tuanku? Aku bukanlah sosok yang patut dikasihani dan juga bukan sosok yang harus dianggap familiar dalam torehan kisah hidup, yang terasa buas dan terasing dari dunia.
Bukannya berkata dengan amarahku tapi sejenak berpikir siapa sebenarnya aku dalam hadirmu? Keegoisan diri seakan berjalan manis searah dengan hentakan kaki yang seakan mengatup manis nurani dan naluri tuan empunya.
Ahh,,, kisah kosong ini berjalan hampa dalam ruang dan lorong yang tak bertepi. Di kota tua ini setidaknya pernah menyisikan kisah manis yang menyatakan pada dunia sebuah kenyataan yang tak bisa dijadikan ilusi belaka. Cukup bermakna namun meninggalkan sayatan hangat penuh luka.
Mungkinkah hidup ini seni untuk dilakoni? seharusnya skenario yang berjalan tidak terbalik dengan realita yang ada. Diamku seketika meRefleksikan arti makna yang tersirat dalam lembaran hidup ini. Tak terasa arah nalar ini seolah bergerak semakin cepat dan ingin menemukan jawabannya sebagai penobat lara ini.
Dunia imajinasi bergerak seirama seluncur air yang bermain diatas permukaan air yang seakan berpacu dan perpacu cepat untuk mencapai titik perhentian dimana kedamaian dan kebahagian menjadi destinasi akhir. Terhentak aku seketika, dan mulai berpikir tentang makna bahagia itu sendiri.
Aku mencoba menghadirkan makna kata itu menurut nalarku sendiri. Kebahagiaan dapat diilustrasikan dengan senyuman yang mampu menutupi dua dimensi hidup manusia yang kadang berjalan bersamaan dalam hidup dan mampu menciptakan kelegahan dan ketenangan batin.
Disini setidaknya makna bahagiaku tersirat disana. Jejak tapakku tak semanis jejak tapakmu, dunia lakonanku tak semenarik dunia lakonanmu. Itulah dinamika hidup yang tak dapat diselaraskan antara satu dengan yang lain.
Namun peneguhan batin menjadi obat termujarab dalam menjawab sisi ini, satu kata yang mampu menguatkan serpihan hati yang luluh berantakan adalah "dunia kita sama namun settingan kita telah diatur oleh yang Empunya". Di sisi lain setidaknya bibir mampu mengucapkan Kata syukur sebagai ungkapan hati yang dalam tentang makna hidup dan rahasia KeIlahiaan ini.
Skenario hidup sudah seharusnya menjadi acuan manis untuk terus berjuang menapaki lorong-lorong hidup penuh makna. Harapan dan asa menjadi motivasi terbesar dalam kisah hidup ini. Perjuangan dan pengorbanan adalah kata kunci berkarya hingga dunia berhenti berputar.
Aku bukannya berkisah tentang arah hidup yang penuh nada keambiguan, ekspektasi dan ilusi belaka. Cerminan kisah ini mengajarkanku bahwa hidup ini perlu dinikmati apa adanya,"So, Life Is Enjoyable", bukan untuk dipersoalkan.
Ini adalah secarik kalimat manis yang masih terpampang manis dalam lembaran awal skripsiku walaupun sekarang terlihat usang dan memasuki nominasi old style. Hikmah yang dapat ku petik bahwa setidaknya aku pernah berpikir sebelumnya akan makna perjuangan hidup dan lika-liku hidup ini.
Dalam ilustrasi singkat ini muncullah beberapa pertanyaan menarik yang menari dengan manis di sekitar otakku. Mengapa harus bertanya, jika hidup perlu dilakoni dengan irama yang senada arah jarum jam.?
Mengapa harus berputus asa bila detik-detik Jam masih terdengar manis di gendang telinga kita? dan mengapa harus berhenti berpikir jika jalan dan alurnya masih terbentang panjang dihadapan kita? Bukankah kita masih diberi waktu untuk melakoninya dengan arah dan pijaran waktu yang masih panjang? Setidaknya makna syukur jangan hangus terbakar dan lenyap ditelan makna keegoisan yang membutakan mata hati.
Keikhlasan menjadi torehan 1001 makna dalam dalam mengarungi samudera dunia ini. Sebuah ilustrasi kecil tentang hujan pernah mengajarkan ungkapan demikian "Hujan deras tak selamanya tak redah" atau yang kerap didengar dengan santun dalam telinga kita "Badai Pasti Berlalu", Ku akui dengan tulus segala perjalanan kisah ini telah terukir dengan rapi dengan mengunakan tinta emas oleh Sang Empunya kehidupan.
Setidaknya penyair tua, Obby Mesak juga telah mengingatkan kita akan hidup dalam lirik lagu klasik,"Mari kita mainkan saja peran yang diberikan, Mari kita satukan tangan rasa persaudaraan".
Jika nalar tak mampu disetarakan dengan waktu, setidaknya naluri berjalan searah dengan nurani.
Katupan tangan mengisyaratkan makna senada, ayunan kaki mengisahkan makna searah. Torehan bukannya sebuah kisah yang tak bertuan, nalar berjalan nurani terketuk, terselib rasa membuka cerita kisah dan nalar berputar awal kisah dimulai.
**Id-Shane/Novryano85
"Lekaslah Pulih, Aku akan kembali menjengukmu Adenaku"
Sejujurnya saya tidak bermaksud untuk mengurung diri kamu Saya hanya ingin memberi sapaan singkat agar saya mau mengetahui sepatah kata kabar dari kamu, bukannya pengemis namun itulah cara saya menyayangi kamu...
Aku tak tahu dari mana aku datang, dan kearah mana aku harus melangkah. Namun ku sadari aku seperti ini karena Engkau, Bapa".Engkaulah Bapa yang selalu memahami, Bapa yang selalu mengerti dan Bapa yang selalu setia.Sejauh apapun manusi